Pemilik mobil mewah keluaran pabrikan Jerman itu mencurahkan isi hati kepada temannya ketika dia harus menumpang mobil temannya tersebut, menuju suatu tempat tujuan yang sama yaitu kampus tempat mereka menuntut ilmu di bagian barat kota yang masih berada di kawasan Jazirah Arab.

Dia mengungkapkan bahwa mobilnya, meski masih terbilang berusia cukup muda tapi sering mogok dan beberapa fitur tidak berfungsi dengan baik.

Dia juga mengaku cukup kerepotan harus beberapa kali memasukkan mobilnya ke bengkel resmi yang jumlahnya bisa dihitung jari di kota tersebut. Namun masalah dengan mobilnya tidak pernah tuntas.

“Saya masih punya uang untuk menyervis mobil itu, tapi saya tidak punya waktu untuk melakukannya. Apalagi banyak agenda kegiatan saya yang terkendala karena urusan mobil tersebut.” Ujar pemilik mobil tersebut kepada temannya.

Artinya meskipun seseorang punya cukup uang, namun setiap akan menggerakkan kendaraannya harus mengeluarkan uang terlebih dahulu untuk jajan sparepart ternyata adalah hal yang merepotkan, minimal dari sisi efisiensi waktu dan fleksibelitas.   

***

Interaksi manusia dengan kendaraannya dapat dikiaskan dengan interaksi manusia dengan manusia lainnya.

Maknanya, uang memang bisa menggerakkan manusia untuk melakukan aktivitas yang diinginkan pemilik uang. Namun jika setiap pergerakan harus diguyur uang terlebih dahulu tentu akan merepotkan. Minimal aktivitas yang ingin dilaksanakan akan tertunda atau molor beberapa waktu. Apalagi jika ada tawar menawar dalam transaksi.

Sebagai contoh; Djoko Tjandra pengusaha dari keluarga pendiri perusahaan Grup Mulia dan buronan kasus penggelapan dana perbankan.

Dia memang punya banyak uang, namun dalam fakta persidangan dia mengaku dimintai uang oleh oknum polisi yang akhirnya juga dijerat hukum sebanyak Rp. 25 Milyar. Terjadi tawar menawar si Djoko maunya cukup Rp. 10 Milyar saja, untuk paket surat jalan dan lain-lainnya.

Padahal dana Bank Bali yang dia bawa kabur tahun 1999 lebih dari Rp. 905 Milyar.

Artinya, meskipun uangnya ada namun pemilik uang tidak serta merta begitu saja mau mengeluarkan uang untuk membuat manusia lainnya mau bergerak.

Terungkap juga dipersidangan bahwa Tommy Sumardi yang merupakan perantara antara Djoko Tjandra dan dua oknum polisi tersebut mengaku harus memberikan dana talangan dari kantong pribadinya sebesar USD 70 ribu (Rp. 980 juta) karena didesak terus oleh oknum polisi itu bahkan diancam dengan kata akan dilibas. Bahkan Tommy Sumardi mengaku dia sampai bertengkar dengan istrinya terkait dana talangan dari kantong pribadi tersebut.

Kesimpulannya, uang memang sering disebut sebagai “pelicin”, namun kenyataan di lapangan meskipun uangnya ada tapi urusan tidak selancar dan selicin yang dibayangkan.

Atau masalah ada atau tidaknya uang, proses kegiatan di lapangan relatif sama. Tetap ada tantangan dan hambatan.

إِنَّكُمْ لَنْ تَسَعُوا النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَسَعُهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ

  “Sesungguhnya kalian tidak akan dapat mencukupi manusia dengan harta kalian. Tetapi mereka akan merasa cukup dengan wajah yang berseri-seri dan akhlak yang baik dari kalian.”

HR. Abu Ya’la. Hadis ini disahihkan oleh Al-Hakim, namun dilemahkan oleh ulama lainnya.

Oleh: Fakhrizal Idris

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *