Nasihat sang guru begitu memberikan kesan dan bekas yang mendalam di hati muridnya tersebut.
Hingga kemudian sang murid mencantumkan nasihat tersebut di dalam kitab yang dia tulis dengan tangannya sendiri.
Apa isi wasiat tersebut!
Sang guru berkata,
” لا تجعل قَلْبَك للايراداتِ والشبهاتِ مثل السفنجة فيتشربها فَلَا ينضح الا بهَا، وَلَكِن اجْعَلْهُ كالزجاجة المصمتة تمر الشُّبُهَات بظاهرها وَلَا تَسْتَقِر فِيهَا”
“Jangan jadikan hatimu seperti spons terhadap segala iradat dan syubhat, dimana ia menyerap dan tidak merenjiskannya. Akan tetapi jadikan ia (hati) seperti kaca yang kokoh, syubhat hanya mampu lewat dipermukaannya dan tak bisa menetap d dalamnya.”
***
Hati merajai tubuh manusia. Menjadikan hati kuat dan kokoh sangat membantu seseorang menghadapi setiap permasalahan duniawi dan ukhrawi.
Perkembangan teknologi informasi telah mengantarkan manusia memasuki era disrupsi informasi.
Aplikasi berbasis internet telah menghadirkan kabar secara bertubi-tubi tak kenal belas kasihan.
Maka, melatih telinga, mata dan tangan dengan baik ketika berbagi informasi dan berita amat sangat membantu agar tidak menjadi korban hoaks.
Dan jangan lupa, hati adalah raja bagi tubuh seseorang. Mengokohkan hati ketika mendapat informasi menjadi sangat penting agar tidak menjadi korban penipuan dan prank yang bikin keki.
Suasana pandemi dan kesulitan ekonomi juga menjadi faktor internal penyebab hati menjadi lemah, selemah spons yang mudah menyerap semua. Yang bersih dan yang kotor tak pilih kasih.
Faktor internal berupa Iradat yang sangat besar di dalam jiwa hendak keluar dari isolasi dan kerasnya tekanan ekonomi.
Di era disrupsi informasi, menyembunyikan informasi menjadi langkah penting, karena secara fisik kemanapun melangkah tidak ada lagi tempat untuk sembunyi.
اسْتَعِيْنُوا عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِكُمْ بِالكِتْمَانِ
Oleh: Fakhrizal Idris