Tahun 2018 Kemendikbud bekerjasama dengan Perhimpunan Indonesia untuk Pengembangan Ekonomi dan Sosial (BINEKSOS) dan penerbit Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) meluncurkan 10 Buku Karya Lengkap Bung Hatta, Bapak Proklamator Indonesia. Mohammad Hatta telah menulis sejak usia 16 tahun hingga usia 77 tahun.

Dalam rentang waktu itu Bung Hatta telah menghasilkan lebih dari 800 karya dalam bahasa Indonesia, Belanda, dan Inggris. Kumpulan hasil karya beliau kemudian dibukukan ke dalam 10 buku tersebut.

Prof. Dr. Emil Salim dalam pengantar tertulisnya dalam buku tersebut menyebutkan satu hal menarik tentang konsep pemikiran Bung Hatta dan berlandaskan konsep tersebut beliau mengambil keputusan.

Bung Hatta lebih memilih konsep demokrasi ala Belanda dibanding konsep negara Jepang yang pendekatannya Militeristis. Konsep yang kedua tersebut sangat tidak relevan karena pendekatannya kekerasan dan pemaksaan. Sedangkan konsep yang pertama menawarkan kebebasan dan kemerdekaan berpendapat.

Terlepas dari pegalaman pahit lebih dari 300 tahun bersama Belanda. Bahkan ada ungkapan sebagian orang tua yang sudah sepuh, “3,5 tahun bersama Jepang lebih pahit penderitaannya dari 350 tahun bersama Belanda.” Tentu kedua kondisi tersebut bukan kondisi yang ideal.

Kembali kepada keputusan Bung Hatta, beliau memilih sesuatu yang lebih kecil mudaratnya dari dua mudarat yang berbeda.

مَتَى وَجَبَ الْتِزَامُ أَحَدِ شَيْئَيْنِ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا شَرٌّ فَأَخَفُّهُمَا أَوْلَاهُمَا بِالتَّحَمُّلِ

“Ketika dihadapkan kepada dua hal yang mesti, padahal keduanya keburukan. Maka yang lebih ringan keburukannya menjadi pilihan untuk di pikul.”[1]

Ketika Republik Sosialis Soviet (RSS) berperang dengan United States of America (U.S.A) dan akhir perang dingin tersebut ditandai dengan runtuhnya Republik Sosialis Soviet (RSS), sebagian ulama dan cendikiawan Islam merasa bergembira. Alasan mereka firman Allah Ta’ala,

الۤمّۤ ۚ غُلِبَتِ الرُّوْمُۙ فِيْٓ اَدْنَى الْاَرْضِ وَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُوْنَۙ فِيْ بِضْعِ سِنِيْنَ ەۗ لِلّٰهِ الْاَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْۢ بَعْدُ ۗوَيَوْمَىِٕذٍ يَّفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَۙ

1.  Alif Lam Mim. 2.  Bangsa Romawi telah dikalahkan, 3.  di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang, 4.  dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (QS. Ar-Rum: 1-4)

Lawan Romawi pada saat itu adalah Persia yang merupakan negeri dengan masyarakat yang paganisme. Sedangkan Romawi adalah kaum Ahlu Kitab dari golongan Nasrani, masih percaya konsep ketuhanan meskipun  ada penyelewengan.

Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ ketika itu gembira atas kemenangan Romawi.

United States of America (U.S.A) adalah koboi dan bandit, namun secara konsep negara mereka mengatakan, ‘In God We Trust “Pada Tuhan Kami Percaya”.’ Sedangkan Republik Sosialis Soviet (RSS) adalah negara komunis yang ateistis. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pernah melakukan kudeta berdarah-darah sebanyak dua kali (tahun 1948 dan 1965) berkiblat ke Republik Sosialis Soviet (RSS).

Sekarang ini ada dua bandit sedang berperang secara berhadap hadapan; battle ground dan battle space yaitu U.S.A  versus RRC.

Jika pembaca harus memilih, mana yang diharapkan menang?

Namun satu yang pasti, siapa pun pemenangnya arah moncong meriam berikutnya pasti mengarah kepada umat Islam.  

Abu Hurairah radhiyallahu anhu mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah menyebutkan tentang perang dengan mengatakan,

الْحَرْبَ خَدْعَةٌ

Peperangan adalah tipu muslihat.”

Maknanya; sesuai cara membaca dan memberi harakat setiap hurufnya, antara lain:

Mengupayakan makar (Al-Mumaakarah) dalam berperang lebih bermanfaat dari mengumpulkan martir (Al-Mukaatsarah) semata tanpa strategi.

Menggunakan otak dalam peperangan lebih efektif dari menggunakan tombak.[2]

Ketika perang sedang berlangsung kemudian ada yang menyatakan dirinya sakit, kira-kira sakit sungguhan atau strategi dan tipu muslihat!!!  

Oleh: Fakhrizal Idris


[1] Fakhruddin ar-Razi. At-Tafsirul Kabir.

[2] Ibnu Batthal. Syarah Sahih Al-Bukhari.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *