Jabrul khawaathir

Byadmin

Dec 28, 2020

Beberapa orang dewasa duduk melingkar dalam suatu majelis. Mereka berbincang santai dan sesekali tertawa lepas sambil menikmati hidangan di hadapan mereka.

Hidangan di hadapan mereka tidak banyak, namun menunya adalah makanan impor dan tidak di jual di kampung tersebut. Enam belas tahun yang lalu, arus barang impor belum sepadat sekarang. Sekarang ini produk impor bisa lebih murah dari produk lokal.

Di sudut ruangan tersebut, seorang pemuda belia dari pelosok kampung sedang menyelesaikan pekerjaannya. Sesekali pandangan matanya tertuju kepada hidangan di majelis tersebut. Ada rasa ingin mencicipi sedikit hidangan itu. Namun rasa malu menghalanginya untuk berani meminta, meskipun sekadar sedikit mencicipi.

Beberapa tahun kemudian pemuda tersebut ditakdirkan melakukan perjalanan ke luar negeri. Dalam perjalanan tersebut makanan yang pernah membuat dia menelan air ludah tersebut bisa dia nikmati.

Butuh waktu, namun pelajarannya adalah jangan memajang kenikmatan dihadapan orang lain, meskipun tidak ada niat pamer apalagi hanya untuk pamer. Karena terkadang orang sudah lupa makanan atau bendanya, namun selalu ingat siapa tukang pamernya.

***

Seorang saudagar kaya-raya punya kebiasaan unik. Setiap dia makan di restoran dengan rekan bisnisnya, dia membungkus makanan yang disantap di restoran tersebut untuk supirnya.

Utamanya restoran dengan aturan makanan yang sudah disentuh tetap harus dibayar meskipun tidak habis dicicipi.

Suatu kebiasaan yang baik dan patut di tiru.

Dapat dibayangkan, seorang supir yang bekerja bertahun-tahun lamanya. Bisa puluhan kali dia mengantar majikannya makan di restoran dan dia tidak pernah tahu dan merasakan cita rasa makanan di restoran tersebut. Dan dia hanya menunggui si majikan makan hingga selesai.

Islam mengajarkan konsep menjaga hati dan perasaan (jabrul khawaathir) orang lain yang ada di sekitar kita. Jangan makan roti di depan orang yang sedang lapar, kecuali Anda makan bersamanya.

Oleh sebab itu ketika proses pembagian harta warisan dan di tempat tersebut ikut hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin. Dianjurkan memberikan sesuatu kepada mereka meskipun mereka bukan ahli waris. Bisa berupa pakaian layak pakai mayit, sepatunya, tongkatnya yang tidak lagi digunakan atau koleksi bukunya. Dan tidak mesti uang dan harta berharga si mayit.

وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” Surah An-Nisa`: 8

Jika Anda memiliki kenikmatan dan tidak ada yang bisa dibagikankan maka ucapkanlah perkataan yang makruf.  Atau minimal jangan posting gambar makanan dan minuman Anda di media sosial. Untuk menjaga hati dan perasaan Anda dan teman-teman Anda.

Oleh: Fakhrizal Idris

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *