Tiga dekade lalu, ketika negeri-negeri Arab terkhusus negara-negara Teluk berada pada pencapaian materi yang sangat pesat dan tinggi, bertopang pada industri pertambangan dan penjualan minyak mentah.

Banyak pengamat termasuk dari Indonesia rajin melakukan kritikan dengan mengatakan bahwa, “Untuk apa kaya raya jika hidup tidak bebas.”

Adapula yang mengatakan dengan bahasa diplomatis, “Manusia tidak hanya butuh materi, namun butuh pula kebebasan terutama kebebasan berpendapat.”

Di Barat ada istilah ‘Big Prison,’ untuk negara seperti Kerajaan Saudi Arabia.

Hingga hari ini negara-negara Teluk masih juara dalam pendapatan Negara dan pendapatan perkapita. Bahkan masih rajin menyumbang atau hibah ke negara-negara ketiga termasuk Indonesia.

Benar-benar hibah, karena ada kata ‘Hibah’ dari negara Barat atau jepang, namun subtansinya adalah utang yang berbunga alias riba.

     ***

Beberapa tahun belakangan negara China sering dijadikan contoh dan standar dalam kemajuan fisik dan  ekonomi. Cerita tentang kemajuan ekonomi negara China menjadi bahan pidato para pejabat publik.

Kehebatan ekonomi China dapat dirasakan dari beberapa ungkapan pejabat publik dan para pengusaha dalam negeri, antara lain: ‘China jangan dilawan, tapi dijadikan teman dan mengambil peluang bisnis.’

Ada juga yang mengatakan, ‘Kota ini hanya seperti kota Beijing 20 tahun yang lalu.’ Miris, kota yang paling maju di Indonesia seperti kota di China 20 tahun yang lalu.

Pihak yang pasrah dan menyerah mengatakan, ‘Komunisme ternyata bisa membawa kemajuan dan kesejahteraan. Bahkan jumlah triliuner di kota Beijing lebih Banyak dari triliuner di Kota New York.’ Padahal New York dijuluki sebagai The City That Never Sleeps.

Hampir tidak ada yang membicarakan kehidupan masyarakat China yang terkekang dan tidak bebas menyuarakan pendapat. Sebagaimana kritikan kepada negara-negara Teluk dua dekade lalu.

Padahal ‘Penjara Super Besar’ Partai Komunis China telah merenggut kebebasan kaum Uighur di Xinjiang. Melucuti kekayaan konglomerat China yang kritis terhadap pemerintah dan membungkam mulut mereka.

Di negara China hampir tidak ada kasus korupsi pejabat negara yang terekspos. Namun ketika seorang pejabat melanggar aturan Partai Komunis China, maka tiba-tiba semua kasus korupsi, nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan orang tersebut terbongkar dan menjadi daftar dosa yang panjang.

Mungkin sebagian orang telah lelah dengan ekonomi yang terseok-seok, negara yang masih tidak maju dibandingkan negara tetangga. Sehingga tidak lagi memikirkan ideologi, yang penting ekonomi tumbuh.

     ***

‌كَادَ ‌الْفَقْرُ ‌أَنْ ‌يَكُونَ ‌كُفْرًا

“Hampir saja kefakiran menjadi kekufuran.”

Hadis yang diriwayatkan oleh at-Tabraaniy di kitab ‘ad-Duaa`’ dan al-Baihaqiy di kitab ‘Syu’abul Iman’ tersebut tidak sah disandarkan kepada Nabi Muhammad ﷺ atau diistilahkan dengan hadis lemah oleh ahli hadis.

Sedangkan maknanya menurut Badruddin al-Ainiy, bahwa kefakiran terkadang membawa dan menarik seseorang kepada hal-hal yang tidak pantas dan patut dalam perkataan dan perbuatan bagi orang yang memiliki dinul-Islam.

Sebagian pelaku ekonomi dengan ideologi kebebasan mungkin sudah lelah dengan ekonomi yang minus, stagnan dan terseok-seok, sehingga mereka berfikir ‘Apapun ideologinya, ekonomi tetap (harus) meroket.’

Oleh: Fakhrizal Idris

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *