Sebagian orang mengungkapkan bahwa ketika masa kecilnya, dia memiliki banyak sekali mimpi dan banyak dari hal itu telah menjadi kenyataan ketika dia telah dewasa. Banyak membaca merupakan salah satu faktor yang membantu dia mewujud mimpi-mimpi tersebut.
Setiap orang pada hakikatnya memiliki mimpi-mimpi. Namun untuk merealisasikan mimpi-mimpi tersebut butuh tekad yang kuat yang berlandaskan keyakinan, dedikasi, disiplin diri, dan upaya yang tidak kenal menyerah.
Pada akhirnya, sebuah mimpi akan benar-benar menjadi kenyataan ketika orang tersebut bangkit dari tidurnya.
***
Mimpi para nabi adalah wahyu menurut Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma.
Nabi Ibrahim alaihissalam harus merealisasikan perintah agung dari Rabb-nya dalam kehidupan nyata, padahal perintah tersebut datang melalui wasilah mimpi.
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
“Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. As-Saffat:105)
Nabi Muhammad ﷺ harus menyampaikan mimpi beliau dan bersabar menjelaskannya bahwa kaum Muslim kota Madinah akan melakukan tawaf berkeliling Ka’bah di kota Makkah.
لَقَدْ صَدَقَ اللّٰهُ رَسُوْلَهُ الرُّءْيَا بِالْحَقِّ ۚ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَۙ مُحَلِّقِيْنَ رُءُوْسَكُمْ وَمُقَصِّرِيْنَۙ لَا تَخَافُوْنَ ۗفَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوْا فَجَعَلَ مِنْ دُوْنِ ذٰلِكَ فَتْحًا قَرِيْبًا
“Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki Masjidilharam, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui dan selain itu Dia telah memberikan kemenangan yang dekat.” (QS. Al-Fath:27)
Ketetapan Allah Ta’ala pasti terjadi dan bukan masalah ketika realisasinya meleset dari perkiraan manusia.
***
Butuh waktu 80 tahun bagi Nabi Yusuf untuk melihat dan merasakan mimpinya menjadi kenyataan. Dalam rentang waktu tersebut, tekanan batin dan cobaan fisik yang tidak ringan harus dihadapi dan dirasakan. Kesabaran yang kokoh seperti gunung dan keyakinan yang keras seperti karang di lautan yang berlandaskan keimanan kepada Allah Ta’ala menjadikan segala sesuatu terasa mengalir seperti air yang tenang. Padahal ada tekanan keras sepanjang aliran tersebut.
وَقَالَ يٰٓاَبَتِ هٰذَا تَأْوِيْلُ رُءْيَايَ مِنْ قَبْلُ ۖقَدْ جَعَلَهَا رَبِّيْ حَقًّاۗ
“Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan.” (QS. Yusuf:100)
Jarak antara mimpi Nabi Muhammad ﷺ mungkin hanya sekitar 2 atau 3 tahun saja. Namun, kenyataan dan masalah yang dihadapi tidaklah ringkas dan sederhana. Apalagi kaum Muslim ketika itu telah berupaya datang untuk melaksanakan umrah ke kota Makkah. Akan tetapi, mereka harus kembali ke kota Madinah dengan tangan hampa dan harus pula menandatangani perjanjian Hudaibiyah yang isinya banyak merugikan kaum Muslimin.
***
Mimpi adalah bunga kehidupan.
Bunga jika diracik dengan benar ia akan menjadi bahan dasar parfum yang berkualitas. Jika pemilik mimpi berkolaborasi bersama lebah, dengan membuatkannya sarang-sarang yang baik. Suatu ketika dia dapat memanen madu berkualitas.
Jangan biarkan mimpi hanya menjadi bunga tidur, namun jadikan ia bunga kehidupan.
Oleh: Fakhrizal Idris